
Gelegar guntur sore tadi
Memaksa rapuhku tengadah lemah
Berharap mampu luluhkan makna dengan kerling sekejap
Ah, aku justru sua takrif tak lazim
Liarmu mengejar
Ganasmu menghempas
Di ujung daun pintu
Pada selasar berbatu
Simpuhku bertopang jari tak terusik
Tegak, mematung pada sunyi yang hampa
Sementara pucuk pandangku nanar menatap liuk genit ujung rumput teki
Menahan goda nakal menyiksa titik hujan
Angan kalapku liar didekap dingin
Coba menerjang batas dusta
Menerabas waktu menjemput inginnya yang mengundang amarah
Tunggu saja
Kauakan paham gelegar liar guntur
Kauakan paham makna kesejatian hujan
Mungkin tidak melalui tangisku
Tapi mungkin melalui didih darahku
Praya, 23 November 2017